Apa Sih Keuntungan Jika Anak Diikutkan Pop Up Class?

Buat aku yang dulu dulu mengajar di sekolah yang membantu early childhood development, rasanya begitu memiliki anak sendiri, langsung kebelet pengen masukkin anak ke baby class. Masa bodo, deh, mirip pendapat, “Ngapain buru-buru masukkin anak ke sekolah, memangnya dia telah ngerti?”

Yang namanya sekolah itu kan aktivitasnya sesuaikan usia anak. Mungkin dari luar kelihatannya main-main doang, tetapi butuh keberanian, lho, untuk anak betah duduk dan turut dan juga di dalam sebuah kegiatan, di tengah teman-teman seusianya. Buat saya, baby class adalah wadah tepat untuk melatih kebolehan anak bersosialisasi sejak dini, sebelum saat waktu ia masuk sekolah “beneran”.

Jujur, meski hari-hari ada di rumah, tetapi harus sering standby di depan laptop, jadinya feel guilty kecuali anak cuma dibiarkan main sendirian atau mirip mbaknya. Ya, dulu sih memiliki rancangan buat buat DIY sensory play dari barang-barang yang ada di rumah, tetapi kemauan sih ada, tetapi realisasinya entah kapan terwujudnya. Beda dengan mereka yang menitipkan anak di daycare, umumnya kesibukan layaknya menyanyi, bermain, buat prakarya, dan sebagainya telah jadi bagian dari program daycare itu sendiri.

But then, untungnya waktu ini ini semakin lama banyak orang-orang kreatif di luar sana yang membantu early childhood development dengan menciptakan pop up class baby & toddler class, tanpa berwujud mengikat, layaknya sekolah beneran (ada duwit muka, ada cost administrasi, ada cost seragam, not to mention biaya-biaya dadakan layaknya kecuali ada rekan anak yang ulangtahun). Meski siap masukkin anak ke baby class, tetapi jujur aku belum siap-siap banget mirip cost baby class di sekolah umum, hiksss!

 

Lalu, apa sih spesialnya Pop-Up Class tersebut?

Buat ibu-ibu yang mirip kebeletnya mirip saya, pengen banget anaknya turut sekolah, lebih-lebih anak bungsu yang umumnya kepingin ikutan sekolah gara-gara menyaksikan kakaknya sekolah, Pop Up Class adalah pilihan tepat.

Selain sifatnya yang nggak se-mengikat sekolah umum, kami bisa memilih sendiri jadwal lebih-lebih tema kelas yang menghendaki kami ikuti. Nggak harus cemas dengan separation anxiety, gara-gara baby class ini mewajibkan para orangtua untuk selamanya mendampingi anak sepanjang kesibukan berlangsung.

 

Apa yang bisa dipelajari anak di sini?

Banyak! Kegiatan di kelas umumnya diawali dengan free time, di mana anak dibebaskan untuk beradaptasi lebih-lebih dahulu, kenalan mirip temannya, gurunya, dan mengeksplor mainan yang tersedia.

Sesaat sebelum saat waktu jadi kelas, anak diajarkan untuk merapikan mainannya sambil bernyanyi. Lalu, lanjut, deh, ke acara singing time, umumnya anak diberikan alat musik sederhana yang bisa mereka pegang sendiri layaknya maracas dan tamborin. Lalu, lanjut ke story time sebagai pengantar kesibukan yang dapat mereka lakukan, yaitu sensory play dan art and craft sesuai tema.

 

 

Orangtua pun turut belajar

Buat saya, mendaftarkan anak ke pop-up class manfaatnya bukan cuma buat anak, tetapi juga buat kami orangtuanya. Untuk usia anak yang selamanya di bawah tiga tahun, bimbingan orangtua selamanya terlampau perlu, oleh gara-gara itu, orangtua harus ikutan sepanjang kelas berlangsung.

Meski ada guru-guru yang memimpin kelas, kami sebagai orangtua juga harus ikutan aktif. Kalau anak disuruh nyanyi bareng, ya, kitanya jangan diam saja, bernyanyilah juga, supaya anak lebih stimulan lagi.

Namun, waktu memicu prakarya, nggak harus ngotot hasil karya anak harus bagus dan rapi, memberikan anak kesempatan untuk berkreasi, berantakan nggak masalah, yang perlu dia berekspolasi.

Demikian juga waktu masuk sesi basah-basahan. Makin basah, semakin lama kotor, justru umumnya anak semakin lama semangat. Kita yang mendampingi, tidak harus menghalangi gerak anak.

Inilah waktu yang tepat buat anak puas-puasin, deh, basah-basahan, toh kami sendiri nggak bisa jamin, kan, kapan anak diperbolehkan main air dan cat sepuasnya kecuali lagi di rumah?

 

Certificate of Coolness

Setelah kesibukan kelas berakhir, anak diperbolehkan untuk bersih-bersih lebih-lebih mandi, kok, and bisa snack dari pihak penyelenggara. Lalu, sebagai penutup sesi, masing-masing anak dapat dibagikan sertifikat gara-gara telah berpartisipasi di dalam kesibukan ini. Serunya lagi, beberapa penyelenggara menerapkan free 1 class kecuali telah 10 kali ikutan, asalkan sertifikatnya dikumpulkan.

 

Lumayan, kan? Kalau aku kalkulasi dan bandingkan dengan baby class di sekolah berbasis internasional sih, jauhhh, ya, harganya!