Sebelum lanjutkan artikel Berikut Waktu yang Baik Untuk Melaksanakan Aqiqah, Sekedar kami info:
Jika anda berminat mencari Jasa Aqiqah Terpercaya dan Profesional dengan harga murah kunjungi website Jasa Aqiqah Jabodetabek
Imam Rasjidi dalam buku Tips Kehamilan Muslimah menerangkan ada masa-masa spesifik yang baik di mengerjakan aqiqah. Ini adalah waktu-waktunya:

Ke-1, implementasi akikah yaitu tujuh hari dari kelahiran bayi. Akan tetapi apabila dilakukan sebelumnya hari itu pun diizinkan. Ini yaitu saran yang diutarakan oleh Ibnu Qayyim.
Ke-2 , saran dari Imam Ahmad bin Hanbal. Menurut beliau, implementasi aqiqah berlangsung dalam hari ke-7 . Apabila tak dapat dikerjakan dalam hari itu, jadi dikerjakan dalam hari ke-14 umur bayi. Apabila tak dapat juga dalam hari itu, dikerjakan dalam hari ke-21.
Akan tetapi, buat Sayyid Sabiq, tanggal 20 ditukar dengan tanggal 21. Sampai beliau menambah apabila tak pun dilakukan dalam hari itu sebab hal ekonomi, jadi bisa dikerjakan dalam hari ke berapa saja.
Ke-3 , ada ulama yang berasumsi seandainya dalam masa-masa itu akikah tidak bisa dikerjakan jadi aqiqah bisa dikerjakan dalam hari apa saja.
Ke-4, saran yang hadir dari Ibnu Gebuk. Menurut beliau, aqiqah cuma dikerjakan dalam hari ke-7 dari hari kelahiran bayi. Apabila dalam hari itu tak dilakukan, sudah tak ada aqiqah kembali buatnya.
Aqiqah dalam makna agama bermakna penjagalan hewan buat anak yang anyar lahir selaku wujud rasa sukur pada Allah SWT atas anugerahnya, dengan niatan serta beberapa syarat spesifik. Oleh sejumlah ulama, akikah dikatakan dengan nasikah atau dzabihah, ialah binatang yang disembelih.
Kebiasaan ini kebanyakan diselenggarakan serta direkomendasikan dalam hari ke-7 , ke-14, ke-20, atau hari setiap saat waktu keluarga terasa telah siap (dapat). Setelah itu, daging aqiqah itu disedekahkan pada fakir miskin, sama dengan perihal daging kurban.
Meski sedikit literatur yang menuturkan, peluang kebiasaan aqiqah ini berakar dari histori kurban Nabi Ibrahim AS. Syariat aqiqah sendiri udah diketahui serta biasa dikerjakan orang sejak mulai era jailiyah, akan tetapi lewat cara yang beda yang dibimbingkan oleh Nabi SAW pada umat Islam.
Beberapa sejarah menuturkan, kebiasaan aqiqah sesungguhnya pun terjadi pada waktu jailiyah. Mereka melaksanakan hal semacam itu buat anaknya yang anyar lahir, terpenting anak laki laki. Trik yang mereka melakukan yaitu dengan menyembelih kambing, lalu darahnya diambil dikasih ke kepala si bayi.
Dulu kami di waktu jailiyah seandainya salah seseorang pada kami miliki anak, dia menyembelih kambing serta memulasi kepalanya dengan darah kambing itu. Jadi, seusai Allah menghadirkan Islam, kami menyembelih kambing, memangkas (menggundul) kepala sang bayi, serta memulasinya dengan parfum. (HR Abu Dawud dari Buraidah).
Banyak ulama tidak sama saran dalam memastikan hukum aqiqah. Ketaksamaan saran ini tampil dikarenakan terdapatnya ketaksamaan wawasan kepada hadits yang sehubungan dengan persoalan ini. Hukum aqiqah ada yang menjelaskan mesti serta juga ada yang menjelaskan sunah muakkadah (begitu inti).
Ulama Zahiriyah berasumsi hukum mengerjakan aqiqah yaitu mesti buat orang yang memikul nafkah sang anak, artinya orang-tua bayi. Mereka ambil dasar hukumnya dari hadis Rasul SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad serta Tirmidzi.
Anak yang anyar lahir itu tergadai dengan aqiqahnya yang disembelih dalam hari ke-7 dari hari kelahirannya, serta dalam hari itu pun lebih baik dicukur rambutnya serta disebut. (HR Ahmad serta Tirmidzi).
Jumhur (sebagian besar) ulama berasumsi, aqiqah hukumnya sunah muakkadah. Begitu saran Imam Malik, ulama Madinah, Imam Syafii dan banyak followernya, Imam Ahmad bin Hanbal, Ishaq, Abu Saur, serta sekelompok besar pakar fikih serta mujtahid (pakar ijtihad).
Saran ini berdasar di sabda Nabi SAW, Siapapun pada kamu pengin bersedekah buat anaknya, bolehlah dia lakukan perbuatan. (HR Ahmad, Abu Dawud serta an-Nasai).
Sedangkan, banyak fukaha (pakar fikih) pemeluk Abu Hanifah (Imam Hanafi) berasumsi aqiqah tak mesti serta tak juga sunah, namun tergolong beribadah tatawwu’ (suka-rela). Saran ini didasari pada hadis Nabi SAW: Saya tak senang sembelih-sembelihan (akikah). Namun demikian, siapapun dikaruniai seseorang anak, lalu ia ingin menyembelih hewan buat anaknya itu, ia disilahkan mengerjakannya (HR al-Baihaki).
Terus hewan apa yang terutama buat jadikan aqiqah? Sebagian besar ulama sependapat, hewan yang diizinkan buat aqiqah salah satunya unta, sapi, serta kambing. Tetapi, banyak ulama sama sama berbeda saran tentang hewan yang mana terutama buat aqiqah.
Imam Rasjidi menerangkan tentang ketaksamaan saran ulama tentang keistimewaan tiga hewan itu. Imam Malik berasumsi, hewan yang terutama buat aqiqah yaitu domba sebab dagingnya lebih baik serta lebih nikmat.
Sesudah itu, posisi keistimewaannya yaitu sapi setelah itu unta. Sementara itu menurut Imam Syafii serta Imam Ahmad, pada tiga hewan itu yang terutama buat aqiqah yaitu unta, sapi, serta paling akhir yaitu kambing.
Dari ketaksamaan saran itu, bisa dikompromikan macam hewan yang disembelih disinkronkan dengan situasi ekonomi orang yang ingin beraqiqah. Seandainya beberapa syarat hewan aqiqahnya tercukupi.
Salah satunya, tak juling, tak pincang, tak berpenyakit, tak hilang ingatan, tak kurus, tak pecah tanduknya, tak berkudis, serta hewan tak terputus telinga serta pahanya. Sebab akikah adalah satu diantara wujud beribadah yang dipertekankan maka hewan yang disembelih semestinya memutuskan syarat-syarat yang baik.
Info Lainnya kunjungi jasa layanan aqiqah terpercaya dan profesional