Kenaikan harga tiket pesawat yang berkisar 30% hingga 50% membuat masyarakat protes. Alasannya, lonjakan harga tersebut dinilai terlalu tinggi.
Terlebih ketika kenaikan harga tiket pesawat untuk penerbangan domestik lebih tajam dibandingkan penerbangan luar negeri.
Kenaikan harga pesawat ini berdampak ke sektor pariwisata lain, seperti hotel, restoran, pusat hiburan hingga wahana permainan.
Penurunan pelanggan bisa mencapai 18,5% dibanding tahun tahun ketika harga tiket pesawat tidak setinggi sekarang.
Banyak yang menduga, harga tiket pesawat yag mahal disebabkan oleh efek penguasaan pasar oleh Garuda dan Lion Group yang mengarah pada duopoli.
Namun, sebelum berspekulasi terlalu jauh, sebaiknya kamu cari tahu lebih lanjut mengenai alasan mengapa harga tiket pesawat mahal.
1.Target Keuntungan
Setiap maskapai penerbangan tentu memiliki perhitungan bisnisnya sendiri untuk mencapai target keuntungan.
Hal ini sangat tergantung dari payback period atau titik balik modal setiap pesawat, apakah mereka ingin mempercepat periode tersebut atau tidak.
Rata-rata payback period sebuah maskapai paling cepat adalah 11 tahun dan durasi tersebut cukup lazim dalam industri penerbangan.
Apabila mereka ingin mempercepat periode tersebut hingga hanya 10 tahun saja, maka mereka harus menerapkan harga yang lebih tinggi.
2. Harga Avtur
Bahan bakar penerbangan atau dikenal dengan avtur memainkan peran yang cukup penting terhadap mahalnya harga tiket.
Asal tahu saja, biaya avtur mendominasi struktur biaya operasional maskapai hingga 40%.
Nah, saat ini harga avtur sedang mahal-mahalnya. Bahkan harga avtur yang dijual untuk pesawat rute dalam negeri jauh lebih mahal ketimbang yang dijual untuk rute internasional
3. Tingkat Elastisitas Penumpang
Tingkat elastisitas penumpang adalah suatu korelasi antara perubahan jumlah penumpang dan besarnya perubahan harga yang diterapkan sebuah maskapai penerbangan.
Contoh, apabila maskapai menaikkan harga hingga 20% dan penurunan jumlah pelanggan hanya 10% maka jelas, mereka akan menaikkan harga tersebut.
Tapi, jika penurunan jumlah pelanggan mencapai 30%, maka pihak maskapai mungkin akan lebih berhati-hati saat menaikkan harga tiket pesawat.
Saat ini, kenaikan harga tiket rata-rata adalah 40-50% dengan penurunan pelanggan hanya 20%, maka mungkin pihak airline merasa tidak perlu untuk menurunkan harga tiket.
4. Biaya Operasional
Selain biaya avtur, biaya operasional pesawat juga sangat mempengaruhi. Biaya operasional termasuk biaya sewa, perbaikan, hingga fasilitas jasa kepada penumpang menjadi salah satu faktor yang membuat harga tiket pesawat cukup mahal.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan pun mengklaim efisiensi biaya operasional dapat menekan harga tiket pesawat saat ini.
5. Nilai Tukar Dolar AS
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat juga mempengaruhi harga tiket pesawat saat ini.
Maklum saja, banyak komponen pesawat yang harus diimpor menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat.
Pembelian pesawat, avtur, dan biaya operasional lain juga menggunakan dolar, namun di sisi lain tarif tiket pesawat menggunakan rupiah.
6. Musim/Season
Penjualan tiket murah dari pihak maskapai pasti terjadi di low season karena jumlah penumpang yang sedikit.
Pada bulan atau musim libur, pihak maskapai cenderung menaikkan harga tiket karena banyak orang mau tak mau akan menggunakan jasa penerbangan mereka.
Peningkatan harga maskapai biasanya terjadi pada musim-musim libur atau high season.
7. Harga Minyak Dunia
Harga minyak juga mempengaruhi harga bahan bakar yang dipasok oleh Pertamina. Ketika harga minyak semakin menguat, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi harga avtur yang dipasok Pertamina untuk maskapai Indonesia.
8. Kondisi Pesawat
Ketika pesawat maskapai adalah pesawat baru, maka biaya yang diperlukan untuk perbaikan akan lebih kecil ketimbang pesawat yang sudah cukup lama beroperasi.
Pesawat tua tersebut memerlukan lebih banyak perbaikan dan akan sangat mempengaruhi harga tiket pesawat untuk menutup biaya-biaya tersebut.