Extraordinary Attorney Woo (2022): Bukan Hanya Tentang Sudut Pandang, Tapi Juga Fenomena Masyarakat

Hingga sekarang, Extraordinary Attorney Woo tetap berada di Top 10 Trending Netflix. Extraordinary Attorney Woo adalah drama Korea Selatan yang terdiri atas 16 episode dengan masing-masing durasi ± 1 jam 10 menit. Drama ini tayang sejak 29 Juni hingga 18 Agustus 2022. Drama ini menceritakan tentang Woo Young Woo, gadis dengan Autism Spectrum Disorder yang jenius dan dibesarkan oleh ayah tunggal. Karenanya, Young Woo terlihat kikuk, serius, tidak sensitif, naif, dan memiliki kemampuan sosial yang rendah. Young Woo pun sering memandang sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Sebagai seorang pengacara, dia sering kali menyelesaikan perkara dengan cara unik dan segar.

Drama ini fokus melihat kehidupan profesi Young Woo sebagai seorang pengacara. Young Woo mengalami banyak tantangan sebagai pengacara karena bagi seorang autis, meskipun jenius, Young Woo sering dikategorikan sebagai disabilitas dengan keterbatasan dan ketidakmampuan. Drama ini mungkin akan mengingatkan pecinta serial barat dengan The Good Doctor, Dr. Shaun Murphy. Bedanya, drama ini fokus pada persoalan hukum dan fenomena masyarakat setempat.

BACA JUGA: Jasa Kitchen Set Pekalongan

Hampir di tiap episode, drama ini menceritakan kasus hukum yang berbeda-beda mulai dari KDRT hingga masalah kebocoran data pribadi yang mengguncang masyarakat se-Korea Selatan. Jika diperhatikan, kasus-kasus yang diangkat secara tidak langsung menggambarkan fenomena masyarakat yang boleh jadi dekat dengan kita. Seperti misalnya, di episode tiga, perkara bunuh diri yang tak ingin diakui oleh orang tua lantaran merasa anak mereka hebat. Impian setiap orang tua pastinya membesarkan anak yang luar biasa. Maka, mereka berusaha mendorong anak-anak mereka menjadi hebat. Karena itu, sulit bagi orang tua menerima bahwa semua dorongan mereka membuat anak mereka frustasi hingga memutuskan bunuh diri. Apalagi, anak yang bunuh diri adalah anak yang berprestasi. Seakan ada korelasi bahwa seseorang yang cerdas tak mungkin mengakhiri diri. Padahal, depresi bisa menjangkit siapapun.

Drama ini juga menyampaikan kritik halus terhadap sistem pendidikan dan tuntutan nilai yang tinggi di Korea Selatan sehingga membuat siswa-siswa tidak memiliki waktu beristirahat dan bermain. Sistem pendidikan yang ketat ini dimulai sejak pendidikan dasar, menyebabkan tumbuh kembang anak-anak terancam. Namun, perkara ini bukan hanya masalah Korea Selatan. Menurut saya, di Indonesia juga tuntutan nilai dan prestasi menghantui banyak anak. Bersekolah dari pagi hingga sore, pulangnya kerja tugas atau bahkan mengikuti bimbel, dan diomeli saat bermain.

Selain itu, ada pula kasus rumit yang mungkin akan membuat kalian berpikir dalam. Singkatnya, apakah disabilitas juga berhak mencintai seseorang yang buruk? Cinta selalu buta. Kadang, kita mencintai seseorang yang buruk, tapi tetap menerima apa adanya. Di episode 10, perkara menjadi sulit saat perempuan disabilitas berpacaran dengan lelaki buruk yang hanya memanfaaatkannya. Ada yang menganggap bahwa cinta tersebut bukanlah cinta, tetapi ketergantungan dalam hubungan yang toksik. Sampai akhir, gadis tersebut tidak bisa membuat keputusannya sendiri karena sebagai disabilitas, pendapatnya hanya dapat diwakili.

BACA JUGA: Wisata Hits Cilacap

Drama ini memiliki pembahasan hukum yang detail sehingga bagi non pelajar hukum mungkin akan tertatih-tatih dalam mengikuti, tetapi drama ini memiliki konflik yang cenderung ringan. Tidak ada klimaks penuh drama yang membuat kalian khawatir atau sakit kepala dengan konspirasi besar atau antagonis yang sangat berkuasa. Penokohan drama juga tidak berat sebelah. Semua karakter digambarkan memiliki sisi seimbang (baik dan buruknya).

Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan hal yang selalu saya sadari tiap kali menonton drama ini episode demi episode, bahwa setiap dari kita istimewa. Setiap dari kita memiliki sudut pandang berbeda dalam melihat dan mengekspresikan diri. Karenanya kita istimewa.

***